SOCIO-PRENEUR
Saat ini, di Indonesia banyak kita
temukan fenomena-fenomena sosial yang terjadi. Salah satunya adalah tingginya
persentase lulusan sarjana yang menanggur atau bekerja dibawah standar
kemampuannya. Bayangkan jika para lulusan sarjana saja banyak yang menganggur
atau hanya sekedar ada pekerjaan, bagaimana nasib masyarakat yang tingkat
pendidikannya lebih rendah dibandingkan lulusan perguruan tinggi. Terlebih
lagi, perekonomian negara kita dan industri negara kita ditantang dengan adanya
persaingan pasar global. Fenomena-fenomena
tersebut sebenarnya hanya merupakan sedikit gambaran fenomena yang terjadi di
Indonesia.
Berbagai hal ini membutuhkan solusi. Salah
satu jawaban dari berbagai fenomena tersebut adalah dengan adanya
socio-preneur. Socio-preneur merupakan seorang wirausahawan sosial dimana
mereka melakukan usaha yang berorientasi pada kinerja keuangan dan kinerja
sosial. Pada orientasi kinerja keuangan, seorang socio-preneur berusaha untuk
mendapatkan profit dari usaha yang dijalankannya. Sedangkan pada sisi kinerja
sosial, socio-preneur memberikan benefit pada orang lain dan itu merupakan
suatu kepuasan tersendiri bagi dirinya.
Tujuan besar dari seorang socio-preneur memberikan
nilai sosial. Sebelum mencapai tujuan besar tersebut, maka seorang
socio-preneur membutuhkan kerangka berpikir terlebih dahulu. Dimulai dari
menentukan visi, misi, dan nilai selanjutnya mempertimbangkan konsep kinerja
yang akan berjalan, kualitas, kepribadian dan sistem kolaborasi.
Para mahasiswa disini memiliki peran
penting, yakni sebagai generasi yang menerapkan socio-preneurship dan
mengembangkannya serta mempertahankannya untuk di masa depan. Selain itu,
mahasiswa memiliki potensi besar dan terfasilitasi melalui perguruan tinggi.
Melalui perguruan tinggi, mahasiswa dibekali hardskill yang mempersiapkan mereka untuk memiliki kemampuan
sebagai pekerja. Kemampuan hardskill
itu pula memungkinkan para lulusan perguruan tinggi dapat diserap oleh pasar industri, dapat
mempertahankan prestasi, dan dapat berpindah kerja apabila dibutuhkan, Sedangkan
melalui berwirausaha, mahasiswa bisa mendapatkan softskill berupa analyzing,
evaluating, dan creating. Melalui softskill ini memungkin mereka mencapai level
owner dan top management.
Mahasiswa diharapkan sejak dini menjadi
seorang wirausahawan, khususnya socio-entrepeneur. Banyak alasan yang mendasari
pernyataan tersebut. Pertama, mahasiswa merupakan orang-orang terpilih yang
berkesempatan memperoleh pendidikan di bangku perguruan tinggi, sedangkan
banyak penduduk di Indonesia lainnya yang tidak memiliki kesempatan tersebut.
Kedua, adanya tantangan yang lebih besar dengan adanya persaingan pasar global,
salah satunya dengan adanya AFTA. Ketiga, berbagai kemudahan fasilitas gratis
dan adanya perluasan jaringan melalui media sosial. Keempat, meningkatkan
jumlah masyarakat Indonesia yang berstatus ekonomi menengah. Artinya, nilai
daya beli masyarakat Indonesia jauh lebih meningkat atau dengan kata lain
kebutuhan-kebutuhan sekunder dan tersier sudah menjadi suatu konsumsi yang
lumrah. Alasan kelima adalah karena pada masa ini telah banyak atau telah
meningkatnya pengetahuan-pengetahuan mengenai entrepreneurship di Indonesia, sehingga hal itu memudahkah langkah
mahasiswa untuk memulai berwirausaha.
Alasan-alasan tersebut menekankan para
mahasiswa untuk menjadi socio-entrepreneur. Alasan lain dan yang paling
mendasar dari konsep social entrpeneurship adalah karena para socio-preneur
tidak hanya memberikan manfaat bagi dirinya pribadi tetapi juga memberikan
manfaat pada masyarakat dan terlebih bagi Indonesia.
Dengan demikian, menjadi
socio-entrpreneur membuat kita tidak hanya menciptakan masa depan untuk kita
sendiri, tapi kita menciptakan masa depan untuk orang lain.
Bandung, 14 Juni 2015
Ma'rifah Larasati
Komentar